MQKI dan Ekoteologi: Ketika Kitab Kuning Menjawab Krisis Iklim
Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) acap dipandang sekadar arena ketangkasan membacakan naskah-naskah klasik. Bila kita memandangnya lebih jauh, MQKI berpotensi menjadi panggung perubahan: sebuah platform di mana khazanah Kitab Kuning tidak hanya dibaca tetapi juga diaktualkan sebagai etika lingkungan yang lebih konkret. Dalam tradisi akademik, gagasan terakhir ini sering kali diistilahkan dengan konsep ri’ayat al-bi’ah; Etika menjaga lingkungan. Al-Imam ‘Izzuddin Ibn Abdissalam (577-660H) mematenkan gagasan ini dalam risalah kanoniknya, Ri’ayat al-B’ah fi al-Syari’ah al-Islamiyah (Environmental Preservation in Islamic Law). Namun, sebagaimana disinggung Sayyid Hossein Nasr (1996), etika menjaga lingkungan yang dimaksud bukan menempatkan manusia sebagai sentral alam semesta. Lebih jauh, etika lingkungan Islam yang ditawarkan untuk mendobrak cara pandang yang menempatkan manusia dalam posisi dominan–subordinatif, melainkan sebagai bagian integral dengan alam semesta.

What's Your Reaction?






